DUNIA PENDIDIKAN

DUNIA PENDIDIKAN

Kamis, 17 Desember 2009

" DAMPAK EKONOMI KELUARGA TERHADAP PENDIDIKAN ANAK "



BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG



Lingkungan keluarga merupakan faktor pendukung terpenting bagi perkembangan kecerdasan anak. Dalam lingkungan keluarga anak menghabiskan waktu dalam masa perkembangan. Pengaruh lingkungan rumah ini berkaitan pula denga dengan masalah ekonomi keluarga . Dengan ekonomi keluarga yang memadai seseorang lebih berkesempatan mendapatkan fasilitas belajar yang lebih baik. Mulai dari alat tulis hingga pemilihan sekolah dan sebaliknya dengan sosial ekonomi yang kurang memadai seseorang juga kurang mendapatkan fasilitas belajar yang baik dan nutrisi yang baik pula.

Tidak hanya itu , biasanya pihak sekolah (pendidikan) tidak memberi keringanan biaya untuk orang miskin atau berpenghasilan rendah. Jadi orang yang keadaan ekonominya kurang biasanya mendapat tekanan untuk memenuhi semua kebutuhan anak yang semakin hari semakin berat untuk dipenuhi.

Itulah sebabnya lingkungan keluarga merupakan faktor yang terpenting bagi perkembangan anak. Pada saat ini , semakin banyak keluarga yang ekonomi rendah makin terlindas. Seharusnya pemerintah harus memikirkan bagaimana cara untuk memberi kesempatan bagi orang miskin untuk mendapatkan pendidikan yang layak.


B. RUMUSAN MASALAH


Menurut latar belakang diatas dapat diambil rumusan masalahnya sebagai berikut:
Bagaimana peran lingkungan keluarga bagi anak ?
Bagaimana keadaan ekonomi keluarga saat ini ?
Bagaimana dampak lingkungan dan ekonomi keluarga terhadap pendidikan anak?


C. TUJUAN


Dalam tulisan ini tentang “ Pengaruh lingkungan keluarga dan Dampak ekonomi keluarga terhadap pendidikan anak “ peran lingkungan keluarga terhadap anak. Adapun, lingkungan keluarga sangat erat hubungannya dengan mental anak dalam memperoleh pendidikan.
Selain itu, keadaan ekonomi keluarga juga berpengaruh terhadap proses belajar anak. Proses belajar anak akan terganggu jika fasilitas tidak terpenuhi secara maksimal. Tidak dapat disalahkan bahwa keluarga ekonomi rendah tidak dapat memenuhi semua kebutuhan yang diperlukan oleh anak. Hal tersebut mempunyai banyak faktor. Dan terkadang anak yang berasal dari keluarga yang berkecukupanpun mempunyai kendala dalam memperoleh pendidikan.
Tulisan ini juga akan membahas dampak keadaan ekonomi keluarga dalam pendidikan anak.


BAB II

PEMBAHASAN

A. Peran Lingkungan


Lingkungan memiliki peran penting dalam mewujudkan kepribadian anak, khususnya lingkungan keluarga. Peran lingkungan keluarga dalam mewujudkan kepribadian seseorang, baik lingkungan pra kelahiran maupun pasca kelahiran adalah masalah yang tidak bisa dipungkiri khususnya lingkungan keluarga. Lingkungan keluarga adalah sebuah basis awal kehidupan bagi setiap manusia. Pentingnya pengaruh keluarga dalam pendidikan anak dalam beberapa masalah seperti budaya, norma, emosional dan sebagainya. Keluarga menyiapkan sarana pertumbuhan dan pembentukan kepribadian anak sejak dini. Dengan kata lain kepribadian anak tergantung pada pemikiran dan perlakuan keluarga dan lingkungan.

Lingkungan adalah sesuatu yang berada diluar batasan – batasan kemampuan dan potensi genetik seseorang dan berperan dalam menyiapkan fasilitas - fasilitas atau bahkan menghambat seseorang dari pertumbuhan. Lingkungan jika dihadapkan dengan genetic adalah faktor luar yang berpengaruh dalam pembentukan dan perubahan kepribadian seseorang baik faktor – faktor lingkungan pra kelahiran maupun pasca kelahiran yang mencakup lingkungan alam, lingkungan ekonomi, dan lingkungan social. Lingkungan sosial mencakup lingkungan keluarga, sekolah, mazhab dan sebagainya. Lingkungan social manusia adalah faktor penting dalam pembentukan kejiwaan dan norma social seseorang dalam masyarakat.


Lingkungan Keluarga

Keluarga adalah wadah utama dan agen pertama pensosialisasian kultur di setiap lapisan masyarakat. Keluarga juga sebagai media pertama yang memancarkan kultur kepada anak-anak sebab keluarga adalah dunia yang pertama kali menyentuh kegidupan anak-anak, keluarga merupakan dunia inspirasi bagi anak-anak. Anggota keluarga termasuk anak kecil mendapatkan pelajaran berbagai hal yang ada dalam keluarga, tanpa disadari bahwa apa yang terjadi dalam keluarga memberikan pengaruh sangat besar bagi kehidupan mereka, Ayah dan ibu sebagai orang dewas dalam keluarga berperan sangat penting dalam membuat sistem dalam keluarga, ia membuat aturan disiplin, mentransmit nilai-nilai baik positif ataupun negative kepada anak, sehingga akan membentuk perilaku anak sebagai anggota keluarga.

Kebanyakan anak yang berprestasi di sekolah sampai lulus studi hingga bekerja disebabkan lingkungan keluarga yang baik yang dapat mendorong anak-anak mencapai keberhasilan, sedangkan anak-anak yang prestasi belajar di sekolahnya kurang baik bahkan drop out dari sekolah lebih besar dikarenakan lingkung keluarga, maka sesungguhnya keluarga mempunyai tanggung jawab dan peranan yang sangat besar dalam melahirkan dan membentuk generasi yang baik dan berkualitas.
Keluarga berperan sebagai faktor pelaksana dalam mewujudkan nilai – nilai, keyakinan – keyakinan dan persepsi budaya sebuah masyarakat. Faktor genetic dan lingkungan secara terpisah atau dengan sendirinya tidak bisa menentukan pendidikan tanpa adanya yang lainnya, akan tetapi masing – masing saling memiliki andil dalam pembentukan pendidikan dan kepribadian seseorang sehingga jika salah satunya tidak banyak dipergunakan maka yang lain harus dipertekankan lebih keras.
Kedua orang tua memiliki tugas yang di adapkan anaknya dimana mereka harus memenuhi kebutuhan – kebutuhan anaknya. Anak pada awal masa kehidupannya memiliki kebutuhan – kebutuhan yang harus dipenuhi. Dengan dipenuhi kebutuhan – kebutuhan mereka maka orang tua akan menghasilkan anak yang riang dan gembira serta tidak malas dalam proses pendidikan/ belajar. Untuk mwujudkan kepribadian anak, konsekuensinya kedua orang tua harus memiliki pengetahuan yang berkaitan dengan masalah psikologi dan tahapan perubahan dan pertumbuhan anak. Dengan demikian kedua orang tua dalam menghadapi anaknya baik dalam berfikir atau memberi hukuman, akan bersikap sesuai dengan tolak ukur yang telah ditentukan.


Pengaruh keluarga terhadap pendidikan disekolah


Dari uraian diatas dapat diketahui bahwa ada hubungan erat antara keluarga dan sekolah. Pendidikan dalam keluarga merupakan dasar pada pendidikan disekolah.

Beriyamin S. Bloom (1976) menyatakan bahwa lingkungan keluarga dan faktor-faktor luar sekolah yang telah secara luas berpengaruh terhadap siswa. Siswa-siswa hidup di kelas pada suatu sekolah relatif singkat, sebagian besar waktunya dipergunakan siswa untuk bertempat tinggal di rumah. Keluarga telah mengajarkan anak berbahasa, kemampuan untuk belajar dari orang dewasa dan beberapa kualitas dan kebutuhan berprestasi, kebiasaan bekerja dan perhatian terhadap tugas yang merupakan dasar terhadap pekerjaan di sekolah. Dari uraian ini dapat diketahui lebih lanjut bahwa kecakapan-kecakapan dan kebiasaan di rumah merupakan dasar bagi studi anak di sekolah.

Suasana keluarga yang bahagia akan mempengaruhi masa depan anak baik di sekolah maupun di masyarakat, dalam lingkungan pekerjaan maupun dalam lingkung keluarga kelak (Sikun Pribadi, 1981, p. 67). Dari kutipan ini dapat diketahui bahwa suasana dalam kelaurga dapat mempengaruhi kehidupan di sekolah.

Menurut Erikson yang dikutip oleh Sikun Pribadi (1981) bahwa pendidikan dalam keluarga yang berpengaruh terhadap kehidupan anak di masa datang ditentukan oleh (1) rasa aman, (2) rasa otonomi, (3) rasa inisiatif. Rasa aman ini merupakan periode perkembangan pertama dalam perkembangan anak. Perasaan aman ini perlu diciptakan, sehingga anak merasakan hidupnya aman dalam kehidupan keluarga.

Rasa aman yang tertanam ini akan menimbulkan dari dalam diri anak suatu kepercayaan pada diri sendini. Anak yang gagal mengembangkan rasa percaya diri ini akan menimbulkan suatu kegelisahan hidup, ia merasa tidak disayangi, dan tidak mampu menyayangi.
Fase perkembangan yang kedua adalah rasa otonomi (sense of autonomy) yang terjadi pada waktu anak berumur 2 sampai 3 tahun. Orang tua harus membimbing anak dengan bijaksana agar anak dapat mengembangkan kesadaran, bahwa ia adalah pribadi yang berharga, yang dapat berdiri sendiri dan dengan caranya sendiri ia dapat memecahkan persoalan yang ia hadapi. Kegagalan pembentukan rasa otonomi, suatu sikap percaya pada diri sendiri dan dapat berdiri sendiri akan menyebabkan anak selalu tergantung hidupnya pada orang lain. Setelah ia memasuki bangku sekolah ia selalu harus dikawal oleh orang tuanya. Ia selalu tidak percaya diri sendiri untuk menghadapi persoalan yang dihadapi di sekolah.

Pada fase perkembangan ketiga disebut perkembangan rasa inisiatip (sense of initiative) yaitu pada umur 4 sampai 6 tahun. Anak harus dibiasakan untuk mengatasi hambatan-hambatan dalam lingkungan keluarga. Sebab dengan dibiasakan menangani masalah hidupnya maka anak akan mengembangkan inisiastipnya dan daya kreatifnya dalam rangka menghadapi tantangan hidupnya. Jika orang tua selalu membantu dan bahkan melarang anaknya untuk mengerjakan sesuatu hal maka inisiatif dan daya kreasi anak akan lemah dan akan mempengaruhi hidup anak dalam belajar di sekolah.


Pengaruh kualitas pengasuhan anak dan kondisi lingkungan dengan perkembangan kemampuan anak :


Levine dan Hagighurst (1984, p. 169.179) melaporkan hasil penelitian. Anak yang tingkat kondisi IQ rendah dari suatu rumah yatim piatu dengan kondisi yang menyedihkan sebagian kemudian diasuh dalam rumah yatim piatu yang kondisi baik dengan penyelenggaraan program-program perawatan yang baik. Setelah satu tahun anak dari dua lingkungan yatim piatu tersebut dites intelegensi. Dari hasil tes intelegensi diperoleh hasil bahwa IQ anak dipelihara dalam rumah yatim piatu dalam kondisi yang menyedihkan IQ-nya teap bahkan ada yang menurun, scdang anak yang diasuh dalam kondisi rumah yatim piatu yang baik IQ naik. Setelah belajar di sekolah anak-anak diasuh dalam kondisi yang baik berhasil memperoleh ijazah pendidikan tinggi.



Pengaruh fasilitas hidup dalam keluarga dan rumah tangga terhadap perkembangan kognitif :


Keluarga lapisan bawah, lapisan menengah dan lapisan atas memiliki fasilitas yang berbeda-beda. Keluarga lapisan bawah fasilitas yang kurang lengkap bila dibanding keluarga lapisan menengah dan lapisan atas. Kelengkapan fasilitas mempunyai dampak yang positif terbadap pengembangan kognitif anak yang belajar di sekolah.


Pengaruh besamya keluarga terhadap kemamuan intelektual :


Dari hasil-hasil penelitian dilaporkan bahwa besarnya keluarga berkorelasi negatif terhadap kemampuan intelektual Dari hasil penelitian diketahui bahwa makin besar jumlah keluarga makin rendah kemampuan intelektual anak. Sebaliknya makin kecil jumlah keluarga kemampuan intelektual makin tinggi. Jika ditambah variabel lapisan keluarga, maka jumlah keluarga yang besar pada lapisan bawah kemampuan intelaktual akan lebih rendah lagi di banding pada keluarga besar pada lapisan menengah Oleh karena makin banyak jumlah anak maka kemampuan intelektual makin rendah apalagi jika ditambah dengan lapisan keluarga rendah (miskin).

Pengaruh urutan kelahiran terhadap kemampuan intelektual :

Pengaruh urutan kelahiran telah dilaporkan oleh Laosa dan Sigel (1982). Dari hasil penelitian ini diketahui makin menurun urutan kelahiran maka prestasi belajar makin rendah. Umumnya prestasi belajar anak sulung lebih baik daripada prestasi bclajar anak kedua, anak kedua prestasi belajar lebih baik dari anak ketiga dan seterusnya.





Pengaruh pekerjaan ibu :


Pengaruh antara ibu yang bekerja di luar rumah terhadap prestasi belajar anak belum ada kata sepakat. Dari berbagai penelitian ada kecenderungan bahwa prestasi belajar anak dan ibu yang bekerja lebih tinggi dari anak dan ibu yang tidak bekerja. Tetapi pada beberapa penelitian juga menghasilkan bahwa prestasi belajar ibu yang tidak bekenja lebih tinggi dari pada prestasi belajar dari anak ibu yang bekerja. Oleh karena itu perlu dilacak faktor yang lain yang menyebabkan keragu-raguan tersebut di atas umpama jenis kerja dari ibu, kualitas keluarga dan sebagaiya.


Hubungan perlakuan orang tua dengan kemampuan kognitif :


Dari hasil penelitian Rollins dan Thomas yang dilaporkan oleh Lewin dan Havighurst (1982, p. 172-173) menyatakan bahwa (1) makin besar dukungan orang tua makin tinggi tingkat perkembangan kognitif anak, (2) makin kuat pemaksaan yang diberikan oleh orang tua maka makin rendah perkembangan kognitif anak, (3) makin besar dukungan orang tua, makin tinggi kemampuan sosial dan kemampuan instrumental anak, (4) makin kuat tingkat pemaksaan yang diberikan orang tua terhadap anak-anaknya maka makin rendah kemampuan sosialnya, (5) bagi anak perempuan besarnya dukungan dan frekuensi usaha pengawasan orang tua berkorelasi negatif terhadaap pencapaian prestasi akademik, (6) bagi anak laki.laki besarnya dukungan orang tua dan kuatnya pengawasan orang tua berkorelasi positif terhadap pencapaian prestasi belajar.

Luis M. Laosa dan Irving Sigel (1982) yang merangkumkan berbagai hasil penelitian juga melaporkan hasil penelitian hubungan orang tua dengan keberhasilan belajar anak. Clarke dan Stewart meneliti tentang penlakuan ibu dalam hubungan antara ibu dan anak terhadap prestasi belajar siswa menyimpulkan bahwa prestasi belajar anak dipengaruhi oleh hubungan akrab antara ibu dan anak. Dalam hubungan yang akrab itu ibu sering mengajak berbincang-bincang anaknya, ibu memberikan hiburan terhadap anaknya, memberi pujian, pertolongan dan keterangan-keterangan ibu juga mengajar berbagai hal seperti bekerja sama dengan anak lain serta mengembangkan kegiatan anak. Apabila perlakuan tersebut di atas disertai suasana hubungan dan kasih sayang ternyata lebih meningkatkan kemampuan intelektual dari pada penerapan disiplin yang kaku, pengawasan yang ketat, membujuk, memberi perintah, dan larangan atau ancaman dan hukuman.

Pengaruh hubungan akrab antara ayah dan anak juga mempengaruhi kemampuan intelektual anak. Pergaulan yang akrab antara orang tua ayah dan anak akan mengurangi rasa takut terhadap pengaulan antara anak dengan orang-orang di luar keluarga. Pengaruh hubungan akrab anak laki-laki dan ayahnya terhadap prestasi belajar lebih tinggi dari pada pengaruh hubungan akrab antara ayah dan anak putri terhadap prestasi belajar.


Pengaruh latar belakang keluanga terhadap hasil belajar di sekolah :


Menurut John Simmons dan Leigh Alexander (1983) latar belakang keluarga biasanya berkaitan dengan status sosial ekonomi keluarga. Status sosial ekonomi ini biasanya mempergunakan indikator pendidikan keluarga, pekerjaan dan penghasilan orang tua. Beberapa penelitian juga memasukkan indikator-indikator lain seperti harapan siswa, harapan keluarga, harapan masyarakat setempat terhadap hasil belajar anak serta sikap mereka terhadap hasil belajar. Hasil penelitian yang dilaksanakan di India, Chile, Iran, dan Thailand yang dilaporkan oleh Thorndike menjelaskan bahwa latar belakang keluarga itu dapat menjelaskan perubahan prestasi belajar antara 1,5% sampai 8,7%. Jika dikontrol dengan indikator-indikator yang berasal dari sekolah seperti kualitas pengajaran, fasilitas sekolah, jumlah siswa dalam kelas dan sebagainya, hasil test menunjukkan sumbangan latar belakang keluarga itu tidak signifikan.


B. Keadaan ekonomi keluarga


Keluarga merupakan social pertama yang memberikan pengaruh sangat besar bagi tumbuh kembangnya anak. Secara ideal perkembangan anak akan optimal apabila mereka bersama keluarganya yang berkecukupan , sehingga kebutuhan yang diperlukan.
Dalam kenyataan kehidupan sehari –sehari tidak semua keluarga dapat memenuhi gambaran yang ideal tersebut. Perubahan ekonomi, social dan budanya masyarakat akan berpengaruh kehidupan sebuah keluarga. Orang tua yang sibuk dengan pekerjaan dari kantor sampai larut malam tanpa memikirkan anak akan mempengaruhi psikis anak. Kondisi yang demikian ini akan menyababkan komonikasi dan interaksi antara sesame anggota keluarga. Hubungan kekeluargaan yang semula kuat dan erat, cenderung longgar dan rapuh. Ambisi karier dan materi yang tidak terkendali, telah mengganggu interpersonal dalam keluarga.

Dalam kaitannya dalam permasalahan anak, rintangan perkembangan remaja menuju kedewasaan itu di tentukan oleh faktor-faktor yang mempengaruhi anak pada waktu kecil di lingkungan rumah tangga dan masyarakat. Jika seseorang individu di masa kanak-kanak banyak mengalami rintangan hidup dan kegagalan bisa menyebabkan timbulnya kelainan-kelainan berupa tingkah laku yang aneh seperti kenakalan remaja , narkoba dan lain-lain. Dan dari situlah anak akan malas untuk belajar dan sekolah.
Status sosial ekonomi keluarga.

Keadaan sosial ekonomi keluarga mempunyai peranan terhadap perkembangan anak misalnya keluarga yang perekonomiannya cukup menyebabkan lingkungan materiil yang yang dihadapi oleh anak didalam keluarga lebih luas, sehingga ia mempunyai kesempatan lebih luas untuk memperoleh macam-macam kecakapan yang dalam memperblemnya dibutuhkan alat misalnya seseorang yang berbakat seni musik tidak dapat mengembangkan bakatnya kalau tidak ada alat musiknya.


C. Kondisi Pendidikan kita


Dalam proses permintaan dan pemberdayaan pendidikan, mengambil peran sebagai subyek bukanlah sesuatu yang mudah dalam kondisi pendidikan kita yang sangat birokratis dan sentralis. Kemunafikan bahkan kejahatan dalam praktik pendidikan kita dilihat dari hal – hal yang dianggap kecil dan sederhana.

Akan tetapi, sesungguhnya berimplikasi besar lagi kesejahteraan warga Negara, khususnya warga miskin dan warga terpencil. Tidak terpenuhinya akses pendidikan bagi warga termajinalkan ini merupakan penghianatan dan pelanggaran terbesar terhadap konstitusi Negara. Bagaimana tidak seorang anak usia SMP harus berangkat sekolah pukul 4 pagi karena jarak yang terlalu jauh antara lokasi sekolah dengan tempat tinggalnya.

Komersialisasi lembaga pendidikan yang berdampak pada tingginya biaya pendidikan, membuat warga miskin tidak lagi bisa menjangkau seperti uang gedung, laboratorium, uang seragam dan biaya – biaya lainnya yang tidak realistis. Sementara birokrat pendidikan dan guru – guru mumpunyai kcenderungan hanya berorientasi mengejar karir hingga pekerjaan mulai yang diembankan sebatas melaksanakan tugas harian semata. Yang berakibat keberpihakan pada kualitas output siswa menjadi lemah dan terabaikan.

Apabila praktik – praktik pungutan yang ada disekolah – sekolah dibiarkan dan tidak ditertibkan, maka akan bertambah banyak anak – anak yang tidak bersekolah karena tidak mampu menjangkau biaya sekolah yang tinggi. Dan hanya anak – anak orang kaya saja yang akan memperoleh pendidikan dari tingkat bawah sampai tingkat yang tinggi. Akibat dari itu semua, negeri ini akan dihuni golongan kaya dan terdidik yang akan membentuk kelas tersendiri dalam masyarakat. Di lain pihak akan terdapat keluarga miskin dan tidak terdidik yang merupakan golongan terbesar dinegeri ini, yang akan menjadikan kesenjangan sosial.




D. Dampak Keadaan ekonomi keluarga terhadap pendidikan anak


Keadaan ekonomi keluarga erat hubungannya dengan belajar anak. Anak yang sedang belajar selain harus terpenuhi kebutuhan pokoknya, misal makan, pakaian, perlindungan kesehatan dan lainnya. Juga membutuhkan fasilitas belajar seperti ruang belajar, meja, kursi, penerangan, alat tulis menulis, buku – buku dan lain - lain. Fasilitas belajar itu hanya dapat terpenuhi jika keluarga tersebut berkecukupan dan mempunyai banyak uang.

Jika anak hidup dalam keluarga miskin, kebutuhan pokok anak kurang terpenuhi, sehingga kesehatan anak terganggu sehingga belajar anak akan terganggu. Akibat yang lain anak selalu dirundung kesedihan sehingga anak merasa minder dengan teman – temannya yang lain. Hal ini pasti mengganggu belajar anak Bahkan mungkin anak harus membantu orang tuanya mencari nafkah walaupun sebenarnya anak belum saatnya bekerja. Hal yang seperti ini juga akan mengganggu belajar anak walaupun tidak dapat dipungkiri tentang adanya kemungkinan anak yang serba kekurangan dan selalu menderita.

Akibat ekonomi keluarga yang lemah, justru keadaan yang begitu menjadi cambuk baginya untuk belajar lebih giat dan akhirnya sukses besar karena kegiatannya dalam belajar dan berusaha. Semua hasilnya akan menjadi buah keberhasilan dalam kesabaran dan kerendahan hati dalam menerima cobaan hidupnya.

Sebaliknya keluarga yang kaya raya, pendidikan yang salah dapat membawa akibat tidak baik bagi perkembangan anak. Salah satunya pendidikan yang salah dari keluarga kaya adalah orang tua sering mempunyai kecenderungan untuk memanjakan anak. Anak hanya bersenang – senang dan berfoya – foya, akibatnya anak kurang dapat memusatkan perhatiannya kepada belajar, hal tersebut juga dapat mengganggu belajar anak. Selain itu hal yang dapat mengganggu belajar anak adalah sikap ketidakadilan orang tua terhadap anak. Ketidak adilan orang tua yang tidak merata terhadap anak dapat berupa perbedaan dalam pemberian fasilitas terhadap anak maupun perbedaan kasih sayang. Bagi anak yang merasa diperlakukan tidak adil dapat menyebabkan kekecewaan anak pada orang tuanya dan akan merasa iri dengan saudaranya. Dalam hubungan ini biasanya anak akan melakukan protes terhadap orang tuannya dalam bentuk hasil belajar yang buruk

Hal yang juga dapat mempengaruhi belajar anak dalam keluarga kaya adalah orang tua sering sibuk bekerja di kantor hingga larut malam, sehingga hanya menyerahkan anak sepenuhnya pada pembantu dan mungkin pembantu yang tidak memiliki pendidikan yang tinggi hanya membiarkan anak melakukan kegiatan sesuka hatinya. Anak hanya senang bermain main dan bersenang – senang dan tidak menghiraukan belajarnya. Anak bertindak sedemikian rupa karena merasa tidak memiliki perhatian lebih dari orang tuannya. Walaupun dalam keluarga kaya anak memiliki fasilitas yang lengkap seperti buku, alat tulis, tempat belajar, penerangan dan lain – lain bahkan orang tua memilihkan sekolah yang berkualitas bagi anak mereka. Tapi semua itu percuma apabila anak kurang perhatian dari orang tuanya. Anak malas belajar dan akhirnya nilainya jatuh. Dan ketika nilai jatuh orang tua hanya bisa memarahi anak karena tidak belajar.



BAB III

PENUTUP



A. Kesimpulan


1. Lingkungan memiliki peran penting dalam mewujudkan kepribadian anak, khususnya lingkungan keluarga.Lingkungan keluarga adalah sebuah basis awal kehidupan bagi setiap manusia. Pentingnya pengaruh keluarga dalam pendidikan anak dalam beberapa masalah seperti budaya, norma, emosional dan sebagainya.Kedua orang tua memiliki tugas yang di adapkan anaknya dimana mereka harus memenuhi kebutuhan – kebutuhan anaknya. Anak pada awal masa kehidupannya memiliki kebutuhan – kebutuhan yang harus dipenuhi.

2. Bahwa suasana dalam kelaurga dapat mempengaruhi kehidupan di sekolah. Menurut Erikson yang dikutip oleh Sikun Pribadi (1981) bahwa pendidikan dalam keluarga yang berpengaruh terhadap kehidupan anak di masa datang ditentukan oleh (1) rasa aman, (2) rasa otonomi, (3) rasa inisiatif. Rasa aman ini merupakan periode perkembangan pertama dalam perkembangan anak. Perasaan aman ini perlu diciptakan, sehingga anak merasakan hidupnya aman dalam kehidupan keluarga.

3. Keluarga merupakan social pertama yang memberikan pengaruh sangat besar bagi tumbuh kembangnya anak. Secara ideal perkembangan anak akan optimal apabila mereka bersama keluarganya yang berkecukupan , sehingga kebutuhan yang diperlukan.
Keadaan sosial ekonomi keluarga mempunyai peranan terhadap perkembangan anak misalnya keluarga yang perekonomiannya cukup menyebabkan lingkungan materiil yang yang dihadapi oleh anak didalam keluarga lebih luas, sehingga ia mempunyai kesempatan lebih luas untuk memperoleh macam-macam kecakapan yang dalam memperblemnya dibutuhkan alat


4. Saat ini masih ada dibeberapa sekolah masih melakukan pungutan – pungutan yang mungkin kurang realistis misalnya uang gedung, laboratorium, sarana prasarana serta biaya yang lainnya yang makin lama makin memberatkan warga kurang mampu. Apabila praktik – praktik pungutan yang ada disekolah – sekolah dibiarkan dan tidak ditertibkan, maka akan bertambah banyak anak – anak yang tidak bersekolah karena tidak mampu menjangkau biaya sekolah yang tinggi. Dan hanya anak – anak orang kaya saja yang akan memperoleh pendidikan dari tingkat bawah sampai tingkat yang tinggi.

5. Jika anak hidup dalam keluarga miskin, kebutuhan pokok anak kurang terpenuhi, sehingga kesehatan anak terganggu sehingga belajar anak akan terganggu. Akibat yang lain anak selalu dirundung kesedihan sehingga anak merasa minder dengan teman – temannya yang lain. Hal ini pasti mengganggu belajar anak Bahkan mungkin anak harus membantu orang tuanya mencari nafkah walaupun sebenarnya anak belum saatnya bekerja.
Sebaliknya keluarga yang kaya raya, pendidikan yang salah dapat membawa akibat tidak baik bagi perkembangan anak. Salah satunya pendidikan yang salah dari keluarga kaya adalah orang tua sering mempunyai kecenderungan untuk memanjakan anak. Anak hanya bersenang – senang dan berfoya – foya, akibatnya anak kurang dapat memusatkan perhatiannya kepada belajar, hal tersebut juga dapat mengganggu belajar anak.




DAFTAR PUSTAKA

Slaketa,Drs.2003. “ Belajar dan Faktor – faktor yang mempengaruhinya “ PT. Asdi mahastya : Jakarta

Samba, Sujono. 2007. “ Lebih baik tidak sekolah “. LKiS Pelangi Askara: Yogyakarta

Ibrahim, anwar. “ Pengaruh tingkat ekonomi terhadap emosi anak.” http://www.pendidikan bangsa.blogspot.com

INDONESIA: “ Faktor – faktor belajar peserta didik.” dalam http://www.google.com

Saleh lapadi.2007.” Peran lingkungan keluarga dalam membentuk kepribadian anak.” Kutipan dari http://www.kompas.com

2 komentar: